Dalam beberapa tahun terakhir, pasar gadget di Indonesia menunjukkan tren yang dinamis, khususnya untuk perangkat tablet. Salah satu produk yang pernah menjadi primadona, Apple iPad, kini mengalami penurunan signifikan dalam penjualan. Meski masih dianggap sebagai produk premium dengan kualitas unggulan, iPad semakin kehilangan pangsa pasar di tengah persaingan yang ketat dan perubahan perilaku konsumen.
Lantas, apa saja faktor yang menyebabkan penurunan penjualan iPad di Indonesia?
📉 Statistik dan Realita Pasar
Data dari beberapa lembaga riset menunjukkan bahwa meskipun Apple secara global masih mencatat penjualan yang kuat untuk lini iPad, kontribusi dari kawasan Asia Tenggara – termasuk Indonesia – terus menurun. Berdasarkan laporan IDC dan data lokal dari distributor resmi, penjualan iPad di Indonesia mengalami penurunan dua digit sejak 2023, dan tren ini berlanjut hingga 2025.
Beberapa toko ritel besar di Jakarta dan Surabaya bahkan mengakui bahwa stok iPad tidak secepat dulu dalam perputaran, menandakan menurunnya minat beli dari konsumen lokal.
📱 1. Meningkatnya Persaingan Tablet Android
Salah satu faktor utama adalah bangkitnya merek-merek Android lokal dan Tiongkok, seperti Samsung, Huawei, Xiaomi, dan Lenovo. Mereka menawarkan tablet dengan harga jauh lebih terjangkau namun sudah dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti stylus, layar besar, dan kapasitas baterai besar.
Konsumen Indonesia, yang terkenal sensitif terhadap harga, kini cenderung lebih memilih tablet Android di kisaran harga 2-5 juta rupiah, dibandingkan iPad yang harganya bisa dua hingga tiga kali lipat lebih mahal.
💸 2. Harga yang Tidak Kompetitif
Apple dikenal sebagai merek eksklusif, dan harga iPad memang ditujukan untuk segmen menengah ke atas. Di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil pasca pandemi dan inflasi global, banyak keluarga dan pelajar mulai berpindah ke produk dengan harga lebih ekonomis, terutama untuk kebutuhan dasar seperti belajar online atau hiburan.
Kebijakan pajak impor dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi terhadap mahalnya harga iPad di Indonesia, membuatnya semakin sulit dijangkau oleh konsumen rata-rata.
🔌 3. Kurangnya Inovasi Besar pada Produk
Sejak beberapa tahun terakhir, iPad hanya mengalami peningkatan spesifikasi minor, tanpa adanya lompatan inovatif yang mencolok. Bagi konsumen awam, iPad generasi terbaru terasa “hampir sama” dengan versi sebelumnya, sehingga tidak memberikan alasan kuat untuk upgrade.
Sementara itu, produsen Android justru terus merilis produk dengan desain inovatif seperti tablet lipat, dukungan multi-tasking yang fleksibel, dan kompatibilitas lebih luas dengan ekosistem Android lainnya.
🖥️ 4. Pergeseran Fungsi ke Laptop dan Smartphone
Meningkatnya kemampuan laptop tipis (ultrabook) dan rajazeus terbaru smartphone layar besar juga berkontribusi terhadap berkurangnya minat pada tablet, termasuk iPad. Kini, banyak konsumen yang merasa smartphone sudah cukup untuk konsumsi hiburan dan pekerjaan ringan, sementara laptop digunakan untuk pekerjaan serius.
Dengan kata lain, tablet seperti iPad kehilangan posisinya sebagai perangkat “di antara” laptop dan ponsel, karena dua kategori utama tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan.
🧑🏫 5. Pasar Pendidikan Mulai Bergeser
Selama masa pandemi, iPad sempat mengalami lonjakan penjualan karena banyak sekolah dan lembaga pendidikan mendorong pembelajaran daring. Namun, kini setelah sekolah tatap muka kembali normal, kebutuhan akan tablet menurun drastis.
Di sisi lain, banyak sekolah dan orang tua kini memilih Chromebook atau tablet Android karena lebih mudah dikustomisasi, lebih murah, dan lebih kompatibel dengan platform edukasi seperti Google Classroom.
🛍️ 6. Minimnya Promosi dan Aksesibilitas Ritel
Apple memiliki strategi distribusi yang terbatas di Indonesia. Produk iPad hanya tersedia di Apple Premium Resellers seperti iBox, Digimap, dan beberapa e-commerce resmi. Sementara merek lain lebih agresif masuk ke pasar melalui diskon, cashback, bundling operator, dan promosi besar-besaran, terutama saat momen belanja seperti Harbolnas atau Ramadhan.
Minimnya penetrasi promosi Apple membuat iPad menjadi produk yang kurang terlihat di mata konsumen umum.
BACA JUGA: Pasar Rakyat Malaysia: Menelusuri Keunikan dan Warisan Kuliner serta Kerajinan Lokal